Senin, 03 Agustus 2009

Ngudi Kawicaksanan ( Membangun Jiwa Bijaksana)


Wicaksana ( bijaksana ) mujutaken tumindak ingkang linambaran raos adil, nguntungaken tiyang sanes lan tansyah nyengsemaken sinten kemawon. Sedanten tiyang ngidam-ngidamaken saget tumindak wicaksono. Awit tumindak meniko saget mahanani kuncara tumprap sinten kemawon ingkang saget ngetrepaken, kinormatan lan dados pangayomipun tiyang sanes. Para pemimpin, punggawa, pejabat lan sinten kemawon ingkang nggegem kakuasan kedahipun nggadahi sikap lan tumindak wicaksono meniko. Sahingga, salebetipuhn ngalaksanakan wajib saget murakapi tumprap sedaten umat.

Namun, sikap wicaksana meniko mboten tukul piyambak, utawi sikap turunan ingkang kita pikantuk saking lahir utawi gawan bayi ( sikap bawaan ). Nanging tuwuh lan ngrembaka lumantar pambudidaya ( kerja keras ) ingkang sambung-sinambung kita laksanaken. Salah setunggaling sebab menggah tuwuhipun sikap wicaksana meniko amargi lelampahan gesang, pait getiripun gesang dan sengkala ingkang asring kita adepi. Sekehing rubeto, kacingkrangan, kasurang-surang ing jagating pagesangan, mujutaken srana tuwuhipun rasa wicaksono. Ing mriki menapa kemawon ingkang kita adepi kita tetepaken dados pangajaran gesang ( pengalaman ). Namung pengalaman meniko kedah dipun tamping kalian danganipun penggalih ( ihklas ). Salejengipun dipun petani menapa sebabipun sahingga kita ngadepi kahanan meniko. Sebab kacilakan lan kabejan meniko mboten amargi tiyang sanes, nanging tuwuh lan menthung kita amargi tumindak kita piyambak. Yen nandur pari ya mesti panen pari. Yen nandur kadurjanan ya mesti ngunduh ukuman. Becik-ketitik ala ketara.

Naliko kita kacingkrangan ing babagan sandang lan pangan , upaminipun, kahanan meniko menawi dipun laras lan katampi kalian leganipun penggalih tartamtu bade nuwuhaken pangraos ing pundi kita saget ngraosaken kasengasarning liyan. Raos meniko ingkang njurung tuimindak wicaksana, menawi ngadepi masalah ingkang dipun alami tiyang sanes. Mboten gampil nyalahaken tiyang.

Ngudi kawicasana, meniko langkung trep lan mandes menawi kawiwitan naliko kita taksih timur. Awit naliko taksih timur ati kita, taksih langkung resik, dereng karisak dening sekehing tumindak ingkang kirang sae. Kejawi meniko, pikiran kita naliko taksih timur, langkung landep lan gampil nampi pengajaran menapa kemawon. Kados pangandikanipun tiyang pinter, ajar naliko timur kaya dening nyungging ing watu, sewalikipun ajar nalika dewasa kaya nyungging ing es. Wujud pangajaran ingkang saget kita paringaken dateng putra-putri inggih meniko sikap ngalah, nrima lan tansyah ngajeni tiyang sanes. Sikap ngalah mahanani ademing ati. Ing mriki putra-putri kita kita ajak belajar mboten gampil kemrungsung lan sabar ngadepi menapa kemawon. Sikap nrimo bakal nuwuhaken sikap ora onjo-onjo, sabar lan nrimo jumbuh kalian pakaryan ingkang dipun laksanakaken. Dene sikap ngajeni liyan, bade nuwuhaken pakerti ingkang tansyah ngormati tiyang sanes, ora gampang njangkar lan tumindak andap asor, lan mboten grusah-grusuh.

Dados menawi dipun racik, tumindak wicaksana meniko tuwuh ing kelakuan, lan tumindak kita menawi kita purun meper manah kita piyambak. Meper ( menahan ) ing babagan donyo brana, memper ing babagan hawa nafsu lan meper ing babagan kakuasaan. Ora adigang-adigung adi guna. Ing mriko gadaanipun manah ingkang njurung diri kito tumindak candolo, kita peper. Sewalikipun kita jurung supados manah tansah nrima ing pandum lan purun mengertos menggah kahananipun tiyang sanes. Ing mriki sakleresipun kandungan utawi lelandesanipun sikap wicaksana meniko.

Minggu, 28 Juni 2009

Senin, 22 Juni 2009

Membimbing hati

Hati manusia, menurut Imam al Gazalai bercabang-bercabang. Tiap cabang mengjukan hasrat pada untuk kita lakukan. Hasrat itu kadang bertentangan dengan otak dan pemikiran kita. Hasrat itu kadang sangat jauh dari jangkauan kita. Hasrat itu kadang menyuruh kita untuk melakukan apa saja dengan cara apa saja. Hati tidak mengnal batas dan waktu. Dia terus bergolak, mengguncang berbagai konsentrasi yang kita lakukan. itulah dahsyatnya hati. Kata Rasulullah Muhammad SAW, hati mampu mempengaruhi eksistensi seseorang. Orang akan menjadi baik apabila hatinya baik. Begitu sebaliknya orang menjadi jahat, sesat dan durhaka bila hatinya rusak. Begitulah kekuatan hati. Untuk itu agar hati mampu menjadikan kita menjadi orang yang baik, maka diperlukan adanya sebuah bimbingan. Jika hati adalah hasrat hewani yang melekat pada diri kita, maka akal dan pikiran kitalah yang mampu memberikan bimbingan padanya. Mari kita bimbing hati dengan berpikiran positif (positif thingking), membaca segala gejala sosial dengan keheningan pikir dan khusnudlon.

Rabu, 10 Juni 2009

Menguji Kesaktian Keris

Menguji Kesaktian Keris

Banyak pemilik keris yang tidak mengetahui akan hakekat benda pusaka yang dimiliki. Apa kegunaan keris, bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupannya, bertuah atau tidak ? Jika kemudian pertanyaan-pertanyaan tersebut apabila disodorkan pada para pemilik keris tersebut, khususnya yang memiliki keris karena warisan dari orang tuanya, pasti akan dijawab dengan gelengan kepala alias tidak tahu. Kenyataan semacam ini wajar terjadi, karena para pemilik tersebut tidak terlibat langsung dengan proses kepemilikan benda pusakanya. Mereka punya karena warisan, karena amanah dan bukti bhaktinya pada orang tuanya.

Tidak jarang dari para pemilik keris yang terpaksa memiliki benda pusaka terkena dampak atas keris yang dimilikinya. Sebagaimana kepercayaan para leluhur keris adalah salah satu bendak pusaka yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang. Jalan hidup seseorang bisa berubah setelah memiliki keris. Seseorang yang penakut, pendiam dan suka mengalah bisa berubah seratus delapan puluh derajat menjadi pemberani, pemarah dan mau menang sendiri setelah memiliki keris tertentu. Begitu juga si miskin bisa berubah menjadi kaya raya karena mendapat keris. Begitu sebaliknya, orang yang semula kaya, selalu beruntung bisa berubah menjadi miskin dan selalu buntung..

Merujuk pada catatan sejarah raja-raja di tanah Jawa, rata-rata memiliki keris pusaka yang memiliki daya kesaktian luar biasa. Sebut Ken Arok, pendiri kerajaan Singasari ini memiliki keris Empu Gandring yang dibuat oleh empu Gandring. Keris ini memiliki kesaktian luar biasa, ibarat ditikamkan ke gunung, gunung meletus, ditikamkan ke samudra, samudranya mengering pun ditikamkan ke baja, bajanya pasti akan tembus. Kedahsyatan ( kesaktian ) benda pusaka seperti itu terjadi memang sengaja diciptakan oleh empu atas permintaan si pemilik keris. Tentu untuk mencapai tataran seperti itu diperlukan proses. Namun yang perlu digaris bawahi adalah, dibalik kedahsyatan keris pusaka, ternyata membawa sifat bawa yang dapat berpengaruh negatif pada pemiliknya. Untuk menghindari terjadi hal-hal negatif yang dapat menimpa diri kita seharusnya kita mengetahui dengan persis benda-benda pusaka yang kita miliki.

Cara termudah mengetahui kegunaan, jenis keris maupun dampak yang ditimbulkan, kita dapat berkonsulatsi atau meminta bantuan paranormal, empu atau tokoh-tokoh yang teruji mampu menguasai ilmu perkerisan untuk menayuh ( menguji ) hakekat keris yang kita miliki. Tentu saja cara ini kurang memberikan nilai lebih(tidak seru ). Persoalan menjadi lain kalau anda bisa melakukan sendiri. Tulisan ini tidak sekedar memberikan imformasi atau tips untuk menguji kesaktian keris dari gagrak ( perwujutan ) yang dapat dilihat oleh mata telanjang.

Seperti diketahui, keris diyakini semua orang memiliki daya linuwih, berkekuatan gaib dan dapat membantu si empunya untuk menyelesaikan berbagai masalah. Tetapi sekali lagi tidak semua orang dapat mengetahui apakah benar kekuatan itu ada. Satu-satunya media yang dapat kita rasakan akan adanya kekuatan gaib tersebut adalah, adanya hawa gaib yang mempengaruhi kehidupan kita.

Tips Menayuh Keris

Keris dikatakan sakti apabila keris tersebut tidak suwung ( kosong), alias ada suatu kekuatan gaib yang ada di dalam keris tersebut. Para empu seperti empu Gandring, Empu Supo Mandragi maupun empu-empu lainnya senantiasa memasukan kekuatan gaib pada bilah keris hasil kreasinya. Ada tiga cara yang dapat anda lakukan untuk mengetahui apakah keris tersebut memiliki kekuatan gaib alias ada isinya atau suwung.

Pertama, menayuh keris dengan cara laku ( tirakat, puasa ). Puasa bisa dilakukan dengan kaifiat layaknya orang puasa wajib, senin kamis, atau puasa khusus seperti mutih, ngalong ( hanya makan buah), atau puasa ngebleng ( berada di tempat gelap ). Puasa tersebut setidaknya dilakukan selama tiga hari. Di hari ketiga puasa dilanjutkan hingga menjelang fajar alias subuh, tanpa tidur. Mulai magrib hendaknya anda melakukan wirid sesuai dengan kemampuan dan menjauhi perbuatan yang bersifat duniawiyah. Insya-Allah menjelang fajar. Wangsit alias ilham biasanya muncul antara pukul 02.00 hingga 04.00 menjelang waktu subuh. Adapun niat puasanya adalah beribadah pada yang maha kuasa dan niat untuk mengetahui atas hakekat benada pusaka yang kita miliki.

Kedua , menayuh keris dengan cara meditasi. Siapkan ruang khusus ( kamar ) beralaskan tikar. Sucikan diri anda dan kuatkan niat untuk metsubudi ( mengeluarkan kekuatan batin kita ) untuk melakukan komunikasi gaib dengan si penungu keris. Tempatkan keris di depan anda dan nyalakan lilin di sampingnya. Setelah itu duduklah anda dalam posisi bersila, kaki kanan di atas kaki kiri. Padukan kedua telapak tangan anda tepat ditengah dada anda. Tataplah nyala lilin yang menyala dihadapannnya sesuai dengan kemampuan anda tidak berkedip. Kemudian pejamkan mata, maka akan tampak dalam pandangan mata yang terpejam perwujutan makhluk gaib yang ada dalam keris tersebut ( Keris, Magic. 2009 ).

Ketiga, menayuh keris dengan memanfaatkan kekuatan hewan. Seperti banyak diberikan kitab suci, satu-satu makhluk kasat mata yang dapat melihat makhluk gaib adalah hewan. Oleh karena itu untuk menguji apakah keris yang ada memiliki punya kekuatan gaib atau tidak kita dapat mengujinya melalui hewan ini. Hewan yang paling peka terhadap mahkluk gaib adalah ayam. Terutama ayam yang sedang beranak. Induk ayam beranak ini sangat peka terhadap ancaman. Sekecil apapun ancaman yang datang, ayam itu langsung bereaksi ( ngabruk). Caranya sederhana, carilah ayam yang sedang mencari makan bersama anak-anaknya. Kemudian lemparkanlah keris anda ke sekitar induk ayam tadi. Jika ayam tersebut bereaksi berupaka kemarahan ( ngabruk ) atau diam, maka dapat dipastikan keris anda kosong alias suwung. Tetapi apabila reaksi si induk ayam lari tungang langgang, atau terdiam kemudian berbunyi kruuk-kruuk,kruuk, maka dapat diayakini bahwa keris anda ada isinya. Reaksi ayam yang diwujutkan dalam suara kruuk-kruuk merupakan gambaran akan hadirnya sosok mahkluk lain yang tidak sama dengan manusia. Silakan mencoba. ( ragil adi pramono)

Rabu, 03 Juni 2009

Perjalanan Panjang Menuju Akhirat

Hidup itu ibarat "mampir ngombe". Begitu orang Jawa mengibaratkan perjalanan hidup kita di jagat raya ini. Disebut mampir ngombe karena perbedaan jangka waktu antara usia kehidupan kita dengan kehidupan di jaman kelangengan ( akhirat ) tidak sebanding. Ya ibarat orang hanya mampir sejenak di warung kopi. Bahwa hidup kita memang sesaat. Merujuk pada usia Rasullulah Muhammad SAW hanya sekitar 63 tahun. Namun waktu yang sesaat itu sedemikian berpengaruh pada kehidupan abadi kita di masa mendatang. Inilah yang perlu kita renungkan. Usia kehidupan kita akan menjadi perjalanan panjang, penuh onak dan duri, intrik, sikut menyikut pun penuh berbagai usaha untuk kebaikan. Menghitung, membandingkan antara kebaikan dan keburukan dalam tiap tarikan nafas, menjadi penting untuk kita lakukan.